Artikel
Bekas Jerawat? Gawat?
Pertanyaan yang paling banyak saya terima dari pasien-pasien nampak mata saya maupun tak nampak mata (alias jauh di mata dekat di jerawat) seperti di akun twitter @dokter_jerawat adalah masalah bekas jerawat. Makanya kali ini saya akan bahas panjang lebar, tinggi pendeknya tentang bekas jerawat.
Memang bekas ini paling bikin stres sekali. Ga Cuma buat pasien tapi juga buat saya. Apalagi kalo yang namanya bopeng. Bahasa alaynya hypotrophic acne scar. Ckckck.. Sebenernya bekas jerawat ini ga perlu terjadi lho. Asal punya obat jerawat yang oke, begitu jerawat nongol langsung oles, begitu kempes kulit mulus kembali seperti sedia kala. Itu yang saya simpulkan sejak saya masih berjerawat dulu. Ya. Jerawat di wajah saya dulu melimpah ruah. Bikin stres en ga pede sama sekali. Sayangnya waktu itu belum ada dokter jerawat yang oke di surabaya. Ada satu dokter, tapi sekali aja saya kesana. Karena saat kesana, jerawat saya langsung dipencet abis tanpa ampun. Biarpun saya teriak-teriak separo nangis. Besoknya saya langsung bolos sekolah. Malu muka keliatan seperti abis diserang lebah sedunia! Jadi saya bisa bayangkan dan rasakan betapa menderitanya punya bekas jerawat. Seperti stempel pak hakim yang nempel seumur hidup.
Oke saya mulai dari bekas jerawat yang paling sering muncul aja ya. Soalnya sebenernya banyak sekali macam bekas jerawat. Bekas jerawat warna merah adalah yang paling sering sama pertama kali muncul. Urutan gini, ada komedo terus jadi jerawat lalu jadi bekas merah terakhir item warnanya. Ini hukum alam dunia jerawat. Acne’s land law. Warna merah karena pembuluh-pembuluh darah di bawah jerawat tadi pada mekar. Sebagian sel-sel darah dan radang berkumpul di situ bikin warna tambah merah merona. Sehingga dari jauh warna ini jadi kelihatan mengganggu penampilan dan merusak pemandangan. Saya dulu juga begini. Apalagi kalo pas dipanggil ke depan kelas sama guru fisika yang galak buat nulis formula-formula di papan tulis. Kepala nunduk sambil jalannya cepet-cepet. Kalo pas ada traktiran bakso temen cewek ultah bikin alesan aneh-aneh biar ga malu sama mereka. Celakanya warna merah ini nempelnya lama. Bisa mingguan. Diem aja di rumah bikin bete. Malu kalo diajak jalan sama temen-temen kalo ada ceweknya. Bikin alesan macem-macem sampe ditempel plester macem-macem merk pernah saya kerjain. Mau pake bedak ntar dikira saya dikira mulai ada kelainan jiwa. Repot abis! Pokoknya kalo bisa muka ini dikantongin aja deh.
Biasanya bekas merah pinky ini redup sendiri setelah menguras rasa minder berminggu-minggu. Derita nestapa gak berakhir di sini. Bekas lainnya menggantikan warna merah tadi. Item! Meski agak mendingan tapi tetep bikin polusi mata orang. Untung waktu saya jerawatan dulu belum ada K-Pop yang mukanya mulus-mulus kaya porselen. Ga bisa bayangin gimana depresinya saya kalo waktu itu pembanding wajah saya si BaeYong Joon, Rain ato Won Bin. Sama Psy aja udah kalah mulus! Sukurlah waktu itu yang ngetop baru Warkop, Dorce sama Doyok.
Warna item ga terlalu bikin saya stres. Karena kulit saya juga ga cerah-cerah amat. Tapi kalo ngaca pas sikat gigi bikin galau juga. Rasanya ada yang ga beres sama kaca kamar apa muka saya yang sial? Apalagi kalo pas bikin pasfoto. Jaman itu belum ada Photoshop ato software-software canggih yang bisa bikin muka tanpa noda dan cela. Mau kembali ke dokter sudah trauma dengan siksaannya pencetan mautnya! Lebih stres lagi kalo nongol lagi jerawat seri berikutnya. Di otak saya sudah terputar otomatis momen-momen penuh derita di ruang praktek dokter waktu itu. Akhirnya saya cuma bisa pasrah dan berdoa.
Setelah saya belajar dan mendalami jerawat ini saat pendidikan spesialisasi kulit dulu, semuanya jadi jelas. Seperti saya tulis di atas, bekas jerawat ini memang punya perjalanan alami seperti itu. Bila tidak diobati dengan baik dan benar. Warna merah akan memudar jadi keungu-unguan, coklat kemudian berakhir dengan warna hitam. Bekas ini tak perlu terjadi bila jerawat diobati dengan benar. Sekali lagi bekas akan muncul bila jerawat tidak tertangani atau dimanipulasi secara tidak benar. Maksud saya di sini seperti dipegang-pegang tangan yang kotor hingga dipencet-pencet.
Warna merah diatasi bisa secara alami atau dengan obat-obatan. Prinsipnya adalah meredam pelebaran pembuluh darah akibat peradangan. Kompres dingin adalah penanganan yang alami, sederhana dan murah. Berbekal beberapa es batu, semangkuk air dan handuk wajah sudah dapat kita lakukan sendiri di rumah. Rendam handuk hingga cukup dingin, kemudian tutup wajah atau tempel bekas merah tadi dengan handuk tadi. Lakukan sesering mungkin tiap hari. Tidak ada batasannya. Bila ingin lebih canggih sedikit bisa denga yang namanya „cool pack“. Yaitu semacam kantong berisi cairan atau jel yang temperaturnya bisa berubah-ubah sesuai lingkungannya. Bila cool pack ini kita masukkan lemari es maka dia akan menjadi dingin. Atau jadi hangat bila direbus sejenak. Cool pack ini biasanya juga dipakai untuk mengompres kepala bila anak-anak sedang demam. Cara ini menurut saya yang paling baik hasilnya. Bila merahnya tak terlalu parah, merah akan hilang dan warna kulit kembali seperti warna sebelumnya. Kekurangan metode ini adalah perlu waktu lama dan hati yang sabar. Di jaman mie instan yang serba cepat, manusia jadi kurang sabar. Namun bisa dimengerti bila alasannya mau cepat-cepat dipinang atau pacar sudah sekarat minta nikah. Memang ada obat-obatan yang bisa mempercepat hilangnya warna merah tadi. Kebanyakan adalah golongan kortikosteroid.
Selain kompres dingin ada lagi yang bisa dilakukan. Sebisa mungkin hindari semua yang bisa membuat warna wajah tambah memerah. Contohnya seperti sinar matahari dan suhu panas. Maksud suhu panas di sini tak cuma hawa panas dari luar, tapi juga dari dalam seperti makan cabai, merica, minuman berjahe, alkohol dan sejenisnya yang bisa membuat badan terasa hangat. Lindungi wajah dengan memakai tabir surya atau sunblock. Lebih bagus lagi dengan ditambah memakai pelindung fisik seperti payung, topi, masker dan sejenisnya.
Untuk warna hitam, hingga kini belum ada bukti-bukti ilmiah cara-cara natural bisa mengatasinya. Hanya bisa dengan obat-obatan. Namun cukup dengan dioleskan saja. Contohnya adalah krim-krim berisi whitening agent seperti Kojic acid, Arbutin, Alpha Hidroxy Acid, Glycolic acid, Hydroquinon dan sejenisnya (Baca artikel saya: Suntik Pemutih). Semuanya bisa dibeli bebas di toko-toko kosmetik. Kecuali hidrokinon di atas 2% yang harus memakai resep dokter. Kortikosteroid juga bisa dipakai di sini, namun tetap harus berhati-hati karena efek sampingnya yang banyak bila dipakai dalam jangka waktu lama. Karena warna hitam ini penangannya perlu waktu lebih lama dari pada yang merah.
Bekas jerawat terakhir yang sering dikeluhkan dan dijumpai di tempat praktek adalah bopeng. Kulit wajah nampak berlubang atau agak masuk ke dalam. Kulit wajah teraba kasar tidak rata. Bopeng sama sekali tidak ada obat oles maupun obat minumnya sekalipun. Karena pada kasus ini jaringan kulit sudah hancur dan rusak. Satu-satunya cara dengan tindakan atau operasi minor (minor surgery). Contohnya tindakan di antaranya adalah seperti „peeling“, mikrodermabrasi, subsisi (subcision), laser hingga operasi yang dinamakan Scar revision atau revisi skar (bopeng). Tindakan ini prinsipnya adalah meratakan kembali dengan cara seperti „mengamplas“ , „mengikis“, „menyerut“ kulit agar rata lagi. Mirip seperti yang dilakukan oleh tukang kayu untuk menghaluskan kayu. Keahlian seperti ini di Indonesia dimiliki oleh dokter-dokter spesialis kulit (SpKK) dan spesialis Bedah Plastik (SpBP).
Nah, dari sini dapat disimpulkan bahwa pencegahan tetap upaya terbaik untuk problem bekas jerawat ini. Terus terang bila saya mendapatkan pasien dengan keluhan bopeng adalah suatu tantangan yang amat berat. Karena hingga kini metode dan alat-alat pembantu yang tersedia belum mampu mengembalikan bekas tadi hingga tanpa bekas sama sekali alias masih tetap akan terlihat samar-samar. Karenanya sekali lagi anggaplah suatu dosa besar bila kamu atau ada orang lain yang kamu perbolehkan memencet-mencet jerawat. „Dosa“ yang hingga kini belum ada „pengampunannya“.
AYO kita canangkan mulai hari ini tanggal 29 Maret 2013 sebagai „Hari BPPJ (Bebas Pencet Pencet Jerawat)“ sedunia!