Jerawat dulu baru bekasnya
10 Agustus 2017Jerawat dulu baru bekasnya...
Kira2 pertengahan tahun 1996 dulu saya pindah ke Bali utk mulai kuliah kedokteran saya di Universitas Udayana. Karena tidak ada sanak saudara maka saya harus nge kos. Beruntung saya bisa dapat kamar kos yg cukup dekat dengan kampus. Meskipun sebuah rumah tua namun cukup layak utk ditempati.
Saat itu kebanyakan rumah2 tua di Denpasar Bali beratapkan anyaman bambu (Bhs Jawa: gedheg). Bukan gypsum atau triplek seperti pada umumnya. Termasuk rumah kos2 an saya. Untung atapnya sudah genteng. Jadi tak terlalu panas. Beratapkan anyaman bambu juga membantu sirkulasi udara. Jadi malam hari terasa adem meskipun tanpa AC atau kipas angin.
Sayangnya plafon seperti ini ada kelemahannya. Bila genteng melorot bocoran air hujan jadi langsung jatuh ke dalam kamar. Di kamar saya bekas bocoran itu juga sdh terlihat di sana sini. Warnanya kekuning2an menodai warna warna cat putih plafon. Salah satu noda kuning itu ada tepat di atas ranjang saya. Saya kuatir saat tidur kebocoran. Saya mau pindahkan ranjang tidak mungkin. Karena kamar saya berukuran cuma dua kali dua meter.
Waktu saya mulai kos sudah mulai musim hujan. Kekuatiran saya jadi makin bertambah. Saya tidak mau kamar kebocoran tengah malam. Makanya saya minta ibu kos untuk memperbaiki genteng sebelum musim hujan datang. Sayang ibu kos masih mau menunggu saat hujan datang. "Wah. Kenapa bu? Kalau hujannya tengah malam kan saya ga bisa kuliah deh besok paginya" protes saya. "Nanti kalau malam2 bocor nak Kris bisa pindah ke kamar anak saya. Kebetulan si Made kan sedang kerja lapangan di Singaraja". "Soalnya kalau nunggu hujan saya bisa tahu pasti yg bocor mana nanti disitu yg dibetulin" tangkal ibu kos saya menjelaskan. Ya masuk akal juga pikir saya. Kalau sekarang dikerjakan bisa2 salah tempat atau malah bertambah lagi lokasi bocornya. Akhirnya saya mengalah dan setuju. Cara berpikir ibu kos yang cerdas!
Cara berpikir ibu kos saya memang benar sekali. Beliau berpikir langsung mengatasi sumber masalah. Bukan akibat dari masalah. Begitu pula sebaiknya penangan bekas jerawat. Namanya saja bekas jerawat yg artinya bekas itu ada karena timbulnya jerawat. Jadi sebaiknya sumber masalah diatasi dulu baru akibatnya.
Seorang profesional dalam bekerja haruslah langkah demi langkah. Jangan sekaligus atau bahkan ngawur urutannya. Orang bersekolahpun mulai dari SD kemudian berlanjut hingga Perguruan Tinggi. Untuk sesuatu hasil yang maksimal sebaiknya dilakukan sesuai urutan yang ada.
Jadi amat membingungkan bila ada yg berpendapat bahwa bekas jerawat bisa diatasi lebih dulu. Bahkan ada yg menganjurkan menghilangkan bekas jerawat bersamaan dengan jerawatnya sekalian. Suatu cara berpikir yg aneh menurut saya.
Dalam praktek sehari2 amat sering permintaan seperti di atas disampaikan ke saya. Saya maklum karena mereka belum menerima informasi yg benar dan bertanggung jawab. Saya maklum juga bila yg menawarkan penanganan jerawat yg salah karena mereka bukan profesional di bidangnya. Mereka adalah pekerja salon atau oknum dokter2 umum yg bekerja di klinik2 kecantikan.
Coba dibayangkan seandainya jerawat masih bermunculan tapi bekasnya sudah ditangani. Andaikan bekasnya hilang. Nanti akan timbul bekas lagi dari jerawat yg masih belum diatasi tuntas. Bukankah ini kerja percuma dan hanya buang2 uang saja? Selama jerawat masih muncul maka risiko akan adanya bekas jerawat masihlah amat tinggi.
Lebih baik kita benar2 fokus di jerawat dulu baru bekasnya. Begitu jerawat tuntas teratasi bekasnya baru dihilangkan. Dijamin tak akan timbul bekas lagi karena biang jerawat sdh tidak ada lagi.
Jadi mulai sekarang berpikirlah sedikit kritis bila ada iklan yang menawarkan obat manjur yang mampu menuntaskan jerawat sekaligus bekasnya. Ini obat dewa yamg tidak pernah ada dan cara penanganan jerawat yang salah.
Baca juga
STOP DOKTER HOAX!
KOSMETIK HOAX